NURUL HIDAYAH
NIM A1B110224
PBSI REG B
HEARTS
Di sebuah toko komik
Farel : (1) Sincan yang baru ada
Pak? Ah, ini sih yang lama Pak. Udah
punya.
Penjaga : (2) Kalau komik yang lain
mau nggak? Kalau mau, ada yang baru.
Farel : (3) Bagus?
Penjaga : (4) Lucu.
Farel : (5) Masak yang begini
dibilang lucu sih Pa?
Penjaga : (6) Kalau beli, paling
nggak, dapet tanda tangan
Luna.
Farel : (7) Luna? Siapa?
Penjaga : (8) Pengarangnya. Kebetulan
ia baru datang. Tuh, yang baru turun
dari
mobil.
Farel :
(9) Pak, saya ke sini itu
untuk beli komik. Bukannya minta tanda tangan. Pak, Luna itu yang pakai
baju ungu? Rambutnya panjang ya?
Penjaga : (10) Ya.
Farel : (11) Satu, Pak. Bolpoin Pak.
Penjaga : (12) Bolpoin.
Farel : (13) Luna ya? Ah sori,
Farel.
Luna : (14) Luna.
Farel :
(15) Oh, pantesan kemarin
tu gue mimpi kejatuhan duren. Ternyata sekarang gue ketemu sama pengarang
komik favorit gue.
Oh ya,
boleh minta tanda tangan? Komik loe tu bagus banget ya. Gue udah
baca komik dari negara mana aja, komik loe tu yang paling lucu. Malah, Sincan aja yang kayak
gitu, tu kalah
lucu. Luna, ah boleh
minta nomor telepon sama alamat rumah gak? Boleh ya, makasih.
Luna : (16) Udah Pak.
Kasih ya Pak. Apa
lagi?
Farel : (17) Alamatnya rada susah. Boleh
minta denahnya gak?
Luna : (18) Kamu tau bundaran di
jalan ini nggak?
Farel : (19) Oh ya.
Luna : (20) Seratus meter dari itu,
sebelah kanan, ada rumah putih. Itu
rumahku.
Farel : (21) Oh ya. Luna, makasih ya.
***
Di
halaman rumah Rachel
Rachel : (22) Ih Farel, apaan sih.
Farel : (23) Rachel, ini hari yang
luar biasa. Gue kenalan ama Luna.
Rachel : (24) Luna?
Farel : (25) Iya Luna.
Rachel : (26) Siapa Luna?
Farel :
(27) Oh, dia itu pengarang
komik. Ah, Rachel
gue bilang juga
apa. Kalau jodoh itu ya,
gak bakalan lari kemana-mana. Ini cewek bener-bener idaman gue Rachel. Dia itu cantik, feminis,
punya selera humor yang tinggi, dan dia itu
….
Rachel :
(28) Tunggu, tunggu. Dia cewek idaman loe,
tapi gue gak yakin
kalau loe cowok idaman dia.
Farel :
(29) Gue serius. Gue baru pertama
tertarik ama cewek. Dengan cara apapun gue
harus dapetin dia. Loe
bantuin ya?
Rachel : (30) Oh ya?
***
Di sebuah kafe.
Farel :
(31) Gue udah punya hadiah
yang spesial buat Luna. Komikus yang punya selera humor
yang sangat tinggi. Loe
pengen liat nggak? Rachel, kurang lucu ya?
Rachel :
(32) Lucu sih. Cuman, gue
rasa kado itu nggak cocok buat Luna. Loe kalau mau tau Luna, loe baca komiknya.
Ini kisah tentang peri kecil yang kesepian sedang menanti kematiannya.
***
Di sebuah halaman rumah
Luna.
Farel :
(33) Baru kali ini aku baca
komik yang bener-bener menguras air
mata.
Peri kecil yang sedang menanti kematiannya. Sungguh kasihan. Hidup dalam
situasi tanpa harapan. Hei, kok ketawa sih?
Luna : (34) Nggak. Nggak apa-apa.
Lucu aja.
Farel :
(35) Apanya yang lucu? Aku
yakin semua orang yang baca komik
kamu
bakalan sedih.
Luna :
(36) Bukan, bukan soal
itu. Aku cuma inget waktu di kios
bunga.
Kamu kan bilang komik aku lucu, lebih lucu
dari Sincan.
Farel :
(37) Oh, itu bukan aku. Aku
dibo’ongin sama tukang jaga buku itu. Tapi setelah kubaca komik kamu
bener-bener bagus, Luna. Aku
nggak
pingin kau kesepian seperti peri dalam komik kamu itu. Kamu harus seperti
peri-peri kecil yang riang, yang terbang dengan sayap yang mempesona dengan
indahnya seperti bintang-
bintang
di langit.
***
Di sebuah lapangan
basket.
Farel : (38) Yes, yes! Menang!
Rachel : (39) Belum! Sekali lagi!
Farel : (40) Ok!
Rachel : (41) Satu lagi?
Farel :
(42) Ok. Rachel, dia itu
luar biasa, Hel. Gara-gara loe, gue bisa ngedapetin hati Luna. Thanks banget ya.
Rachel : (43) Gue seneng kalau temen
gue ikut seneng, Ok?
Farel : (44) Ya, uh. Menang!
Rachel : (45) Oh.
Farel : (46) Curang loe, curang
loe!
Rachel :
(47) Nggak loe. Yang penting
menang, yang penting menang.
Yang
penting menang.
Farel : (48) Luna?
Luna : (49) Halo, Luna.
Rachel : (50) Rachel.
Luna : (51) Em, aku mau ngajak
Farel jalan. Kalau gitu, kamu ikut ya?
Rachel : (52) Eh, nggak ah. Ehm,
sori-sori, nggak bisa. Ahm, gue
banyak
kerjaan.
Farel : (53) Kenapa?
Rachel : (54) Ee, gue banyak tugas.
Farel : (55) Ah, Rachel ini kuliah
di arsitektur.
Rachel : (56) Lagi ujian akhir
semester, jadi skripsi numpuk.
Luna : (57) Ya, sayang banget.
Rachel : (58) Ehm, lain kali?
Luna : (59) Ok.
Farel : (60) Ya udah Hel, gue
cabut ya?
Rachel : (61) Eh Farel. Sori-sori.
Luna : (62) Gak pa-pa. Senang
kenal sama kamu.
Rachel : (63) Sama-sama.
***
Di sebuah danau.
Luna :
(64) Aku selalu datang di
tempat ini. Rasanya teduh, tenang
sekali.
Farel, lihat kura-kura itu. Kesendiriannya itu yang menginspirasikan aku
buat tokoh peri yang amat kesepian.
Tapi,
mulai sekarang ia tidak akan sendirian lagi. Kasihkan kura-kuranya, Farel.
Biar kura-kura itu
punya temen, seperti aku
yang nggak lagi sendirian. Semoga kebersamaan mereka abadi.
Farel :
(65) Ya, seperti kebersamaan
kita. Perahunya bocor. Kamu
bisa
berenang kan? Kamu bisa berenang kan? Kau kenapa?
Luna : (66) Nggak papa.
Farel : (67) Luna, bilang sama
aku. Apa
yang harus aku lakukan?
Luna : (68) Aku kedinginan.
Dingin, dingin sekali.
***
Di sebuah halaman rumah
Rachel
Rachel : (69) Ah, Farel.
Farel : (70) Masuk-masuk. Kuping loe
kenapa Hel? Sini lihat, coba lihat,
lihat!
Rachel : (71) Farel, apa-apain sih
Farel.
Farel : (72) Liat, loe pakai anting,
Hel?
Rachel : (73) Pantes nggak?
Farel : (74) Liat, liat. Pantes. Ya,
sedikit lebih manis, Hel.
Rachel : (75) Thanks.
Farel :
(76) Kayaknya hari ini gue
nggak bisa main basket deh. Gue
ada
janji sama Luna. Ah, tapi gue anter
sampai lapangan basket
ya?
Rachel :
(77) Nggak papa, kok. Gue
juga mau ngasih tau, sebenarnya hari ini gue nggak bisa main basket. Karena gue ada
janji ama cowok.
Farel : (78) Cowok?
Rachel : (79) Ya, baru kenal sih.
Cuma dari sekilas, kayaknya dia memenuhi cowok gambaran ideal gue.
Farel : (80) Siapa?
Rachel : (81) Ntar juga tau. Gue hampir
telat nih, ayo keluar. Udah
cepet,
kenapa sih?
Farel :
(82) Rachel, Rachel, Rachel!
Gue cuma mau bilang, gue
bahagia
kalau loe udah nemuin cowok idaman loe. Ya, seenggak-enggaknya loe
bisa ngerasain apa yang gue
rasain.
Rachel :
(83) Farel percaya deh,
walaupun gue sekarang punya cowok tapi persahabatan kita nggak kenapa-kenapa
kok.
***
Di sebuah gunung.
Farel : (84) Stop. Aku hitung sampai
tiga, baru buka mata ya?
Luna : (85) Oke.
Farel : (86) Satu, dua, tiga.
Luna : (87) Kamu tau nggak apa.
Kamu selalu penuh dengan kejutan.
Farel : (88) Oh ya, suapin strowberinya
ya?
Luna : (89) Hmm, enak. Gantian dong.
Farel : (90) Hujan, seharusnya
panas. Kenapa hujan?
***
Di kamar Rachel
Farel :
(91) Gue nggak ngerti deh.
Gue yakin dia mau
lakuinnya. Tapi yang bikin gue nggak ngerti itu kenapa tiba-tiba dia ragu.
Rachel :
(92) Ya bener tu sikapnya
Luna. Emang cinta itu harus
diungkapin
dengan ciuman? Cinta
itu kebersamaan, saling berbagi,
saling ngedukung, saling ngisi. Cinta itu seneng, lihat orang yang dicintainya
bahagia.
Farel : (93) Jadi, itu yang elo
dapetin dari cowok baru loe?
Rachel : (94) Ya, ia sangat ngerti
artinya cinta.
Farel : (95) Hei, kenapa loe
nangis?
Rachel :
(96) Karena baru kali ini
gue ngerasain perasaan cinta. Selama
kita
berteman loe tau kan, gue nggak pernah nyadarin perasaan ini. Nggak pernah,
Farel. Cinta itu harus diungkapin, Farel. Loe harus bilang sama orang yang loe
cintai kalau loe cinta sama
dia. Perempuan itu perlu kepastian, Farel.
Farel : (97) Ya.
***
Berikut adalah implikatur yang ada dalam teks naskah
di atas.
1.
Implikatur
Percakapan
Farel :
(15) Oh, pantesan kemarin
tu gue mimpi kejatuhan duren. Ternyata sekarang gue ketemu sama pengarang
komik favorit gue.
Oh ya,
boleh minta tanda tangan? Komik loe tu bagus banget ya. Gue udah
baca komik dari negara mana aja, komik loe tu yang paling lucu. Malah, Sincan aja yang kayak
gitu, tu kalah
lucu. Luna, ah
boleh minta nomor telepon sama alamat
rumah gak? Boleh ya, makasih.
Farel : (17) Alamatnya rada susah. Boleh
minta denahnya gak?
Pertanyaan yang bergaris bawah tersebut memiliki
implikatur bahwa Farel ingin lebih mengenal Luna dengan menghubungi atau
bertamu ke rumah Luna nanti.
Luna : (51) Em, aku mau ngajak
Farel jalan. Kalau gitu, kamu ikut ya?
Rachel : (52) Eh, nggak ah. Ehm,
sori-sori, nggak bisa. Ahm, gue banyak kerjaan.
Farel : (53) Kenapa?
Rachel : (54) Ee, gue banyak
tugas.
Percakapan di atas mengandung implikatur, yakni pernyataan
Rachel yang bergaris bawah di atas. Hal tersebut berarti bahwa Rachel tidak
ingin mengganggu jalan-jalan Farel dan Luna.
2.
Implikatur
Konvensional
Farel :
(27) Oh, dia itu pengarang
komik. Ah, Rachel
gue bilang juga
apa. Kalau jodoh itu ya,
gak bakalan lari kemana-mana. Ini cewek bener-bener idaman gue, Rachel. Dia itu cantik, feminis,
punya selera humor yang tinggi, dan dia itu ….
Percakapan di atas menunjukkan implikatur konvensional
yang ditandai dengan pernyataan bergaris bawah, yakni perempuan yang cantik, feminim,
dan memiliki selera humor yang tinggi adalah idaman pria. Namun, jika ada pria
yang tidak menyukai perempuan seperti itu berarti implikaturnya dibatalkan.
Rachel :
(92) Ya bener tu sikapnya
Luna. Emang cinta itu harus
diungkapin
dengan ciuman? Cinta
itu kebersamaan, saling
berbagi, saling ngedukung, saling ngisi.
Cinta itu seneng, lihat
orang yang dicintainya bahagia.
Percakapan di atas mengandung implikatur konvensional
yang ditandai dengan kalimat bergaris bawah. Namun, jika ada orang yang menganggap
hal itu salah, implikatur tersebut bisa dibatalkan.