Hello Panda

Sabtu, 20 April 2013

Analisis Perspektif Foucault


NURUL HIDAYAH
NIM A1B110224
PBSI REG B

TEMPO.COM, Jakarta - Dwi Heri, kuasa hukum Badan Narkotika (BNN), membenarkan Raffi Ahmad melaporkan dokter yang memeriksanya ke Komisi Kode Etik Kedokteran. "Jadi, ada tim Departemen Kesehatan yang melakukan investigasi atas izin dari praktik dokter, UPT Lido, semuanya diperiksa," kata Dwi Heri saat dihubungi via telepon, Selasa, 2 April 2013. Laporan ini berawal karena pihak Raffi menganggap dr. Kusman, salah satu dokter di Lido, membuka rekaman medis Raffi.
BNN sendiri tidak mempermasalahkan adanya investigasi selama ada perizinan. Meski mengizinkan adanya investigasi pada dr. Kusman, pihak BNN tidak memberikan izin memanggil Raffi keluar dari tempat rehabilitasi. Untuk melengkapi investigasi, Raffi direncanakan akan menjalani pemeriksaan di luar panti rehab. Namun, pihak BNN menyanggahnya, yaitu bahwa Raffi tidak bisa keluar dari panti rehab. "Melakukan pemeriksaan ada dugaan melanggar kode etik tidak ada masalah. Tapi ada prosedurnya kalau dia memanggil Raffi keluar dari panti rehab," kata Dwi Heri menegaskan.
http://www.tempo.com/read/news/2013/04/04/219471106/Raffi-Ahmad-Laporkan-Dokter-Lido

Analisi Perspektif Foucault

1.        Wacana yang Terjadi di Masyarakat
Kasus narkoba yang menimpa Raffi Ahmad membuat BNN perlu melakukan pemeriksaan kesehatan pada Raffi. Pemerikasaan tersebut dilakukan oleh dr. Kusman sebagai dokter yang ditunjuk oleh BNN. Pemeriksaan juga dibuat dalam bentuk rekaman sebagai bahan bukti. Namun, dr. Kusman dianggap telah mengedarkan rekaman tersebut sehingga pihak Raffi merasa hal itu dapat merugikan Raffi Ahmad.
2.        Pro dan Kontra dari Wacana
Pemahaman wacana di atas mengenai investigasi yang dilakukan pada dr. Kusman atas permintaan pihak Raffi membuat adanya pro dan kontra yang didasarkan dari rasa keadilan. Pihak yang pro melihat bahwa pelaporan tersebut dianggap wajar karena kesalahan dr. Kusman atas peredaran rekaman medis Raffi. Mereka menilai peredaran rekaman tersebut mengganggu privasi Raffi sehingga dapat merugikan Raffi. Pihak Raffi berusaha memperjuangkan nasib Raffi yang dianggap tidak mendapat keadilan selama menjalani pemeriksaan tersebut. Pihak yang kontra atas wacana di atas menganggap bahwa pelaporan yang dilakukan pihak Raffi terkesan berlebihan. Apalagi pelaporan tersebut dilanjutkan dengan pemanggilan dan investigasi atas dr. Kusman. Padahal dengan adanya peredaran rekaman tersebut, masyarakat dapat mengetahui kondisi Raffi yang sebenarnya ketika dia mendapat kasus narkoba. Keadilan harus ditegakkan karena polisi menemukan bukti nyata yang memberatkan Raffi Ahmad.
3.        Wacana Dominan dan Terpinggirkan
Wacana di atas mengutamakan pelaporan pihak Raffi Ahmad atas dr. Kusman, dokter yang memeriksa Raffi Ahmad di Lido. Pelaporan tersebut dikarenakan dr. Kusman membuka rekaman medis Raffi ke depan umum sehingga dianggap melanggar kode etik kedokteran. Penjelasan tersebut dari wacana di atas mengindikasikan untuk membentuk pandangan masyarakat bahwa dr. Kusman dianggap bersalah sehingga harus dilakukan investigasi. Investigasi yang dilakukan terkesan mencari bukti atas tindakan dr. Kusman yang dianggap bersalah oleh pihak Raffi.
Wacana dominan di atas mengakibatkan permasalahan tertentu menjadi terpinggirkan. Polisi telah menemukan bukti akurat yang memberatkan Raffi ketika penggrebekan. Namun, ada sebagian kalangan yang menganggap Raffi tak bersalah. Padahal dengan beredarnya rekaman medis Raffi dapat diketahui kondisi Raffi sebenarnya yang mendukung bukti dari kepolisian.
4.        Pembatasan Pandangan
Pikiran masyarakat dibatasi dengan hanya melihat penyelidikan terhadap dr. Kusman yang dianggap melanggar kode etik kedokteran oleh pihak Raffi. Masyarakat seakan tidak diberikan kesempatan untuk mengetahui maksud serta dampak dari peredaran rekaman medis Raffi terkait kasus yang dialami Raffi. Maksud dan dampak tersebut setidaknya dapat memperjelas berita yang beredar dari wacana di atas.

Selasa, 26 Maret 2013

IMPLIKATUR


NURUL HIDAYAH
NIM A1B110224
PBSI REG B

HEARTS

Di sebuah toko komik
Farel      : (1) Sincan yang baru ada Pak? Ah, ini sih yang lama Pak. Udah punya.
Penjaga  : (2) Kalau komik yang lain mau nggak? Kalau mau, ada yang baru.
Farel      : (3) Bagus?
Penjaga  : (4) Lucu.
Farel      : (5) Masak yang begini dibilang lucu sih Pa?
Penjaga  : (6) Kalau beli, paling nggak, dapet tanda tangan Luna.
Farel      : (7) Luna? Siapa?
Penjaga  : (8) Pengarangnya. Kebetulan ia baru datang. Tuh, yang baru turun dari mobil.
Farel      : (9) Pak, saya ke sini itu untuk beli komik. Bukannya minta tanda tangan. Pak, Luna itu yang pakai baju ungu? Rambutnya panjang ya?
Penjaga  : (10) Ya.
Farel      : (11) Satu, Pak. Bolpoin Pak.
Penjaga  : (12) Bolpoin.
Farel      : (13) Luna ya? Ah sori, Farel.
Luna      : (14) Luna.
Farel      : (15) Oh, pantesan kemarin tu gue mimpi kejatuhan duren. Ternyata sekarang gue ketemu sama pengarang komik favorit gue. Oh ya, boleh minta tanda tangan? Komik loe tu bagus banget ya. Gue udah baca komik dari negara mana aja, komik loe tu yang paling lucu. Malah, Sincan aja yang kayak gitu, tu kalah lucu. Luna, ah boleh minta nomor telepon sama alamat rumah gak? Boleh ya, makasih.
Luna      : (16) Udah Pak. Kasih ya Pak. Apa lagi?
Farel      : (17) Alamatnya rada susah. Boleh minta denahnya gak?
Luna      : (18) Kamu tau bundaran di jalan ini nggak?
Farel      : (19) Oh ya.
Luna      : (20) Seratus meter dari itu, sebelah kanan, ada rumah putih. Itu rumahku.
Farel      : (21) Oh ya. Luna, makasih ya.
***
Di halaman rumah Rachel
Rachel   : (22) Ih Farel, apaan sih.
Farel      : (23) Rachel, ini hari yang luar biasa. Gue kenalan ama Luna.
Rachel   : (24) Luna?
Farel      : (25) Iya Luna.
Rachel   : (26) Siapa Luna?
Farel      : (27) Oh, dia itu pengarang komik. Ah, Rachel gue bilang juga apa. Kalau jodoh itu ya, gak bakalan lari kemana-mana. Ini cewek bener-bener idaman gue Rachel. Dia itu cantik, feminis, punya selera humor yang tinggi, dan dia itu.
Rachel   : (28) Tunggu, tunggu. Dia cewek idaman loe, tapi gue gak yakin kalau loe cowok idaman dia.
Farel      : (29) Gue serius. Gue baru pertama tertarik ama cewek.  Dengan cara apapun gue harus dapetin dia. Loe bantuin ya?
Rachel   : (30) Oh ya?
***
Di sebuah kafe.
Farel      : (31) Gue udah punya hadiah yang spesial buat Luna. Komikus yang punya selera humor yang sangat tinggi. Loe pengen liat nggak? Rachel, kurang lucu ya?
Rachel   : (32) Lucu sih. Cuman, gue rasa kado itu nggak cocok buat Luna. Loe kalau mau tau Luna, loe baca komiknya. Ini kisah tentang peri kecil yang kesepian sedang menanti kematiannya.
***
Di sebuah halaman rumah Luna.
Farel      : (33) Baru kali ini aku baca komik yang bener-bener menguras air mata. Peri kecil yang sedang menanti kematiannya. Sungguh kasihan. Hidup dalam situasi tanpa harapan. Hei, kok ketawa sih?
Luna      : (34) Nggak. Nggak apa-apa. Lucu aja.
Farel      : (35) Apanya yang lucu? Aku yakin semua orang yang baca komik kamu bakalan sedih.
Luna      : (36) Bukan, bukan soal itu. Aku cuma inget waktu di kios bunga. Kamu kan bilang komik aku lucu, lebih lucu dari Sincan.
Farel      : (37) Oh, itu bukan aku. Aku dibo’ongin sama tukang jaga buku itu. Tapi setelah kubaca komik kamu bener-bener bagus, Luna. Aku nggak pingin kau kesepian seperti peri dalam komik kamu itu. Kamu harus seperti peri-peri kecil yang riang, yang terbang dengan sayap yang mempesona dengan indahnya seperti bintang- bintang di langit.
***
Di sebuah lapangan basket.
Farel      : (38) Yes, yes! Menang!
Rachel   : (39) Belum! Sekali lagi!
Farel      : (40) Ok!
Rachel   : (41) Satu lagi?
Farel      : (42) Ok. Rachel, dia itu luar biasa, Hel. Gara-gara loe, gue bisa ngedapetin hati Luna. Thanks banget ya.
Rachel   : (43) Gue seneng kalau temen gue ikut seneng, Ok?
Farel      : (44) Ya, uh. Menang!
Rachel   : (45) Oh.
Farel      : (46) Curang loe, curang loe!
Rachel   : (47) Nggak loe. Yang penting menang, yang penting menang. Yang penting menang.
Farel      : (48) Luna?
Luna      : (49) Halo, Luna.
Rachel   : (50) Rachel.
Luna      : (51) Em, aku mau ngajak Farel jalan. Kalau gitu, kamu ikut ya?
Rachel   : (52) Eh, nggak ah. Ehm, sori-sori, nggak bisa. Ahm, gue banyak kerjaan.
Farel      : (53) Kenapa?
Rachel   : (54) Ee, gue banyak tugas.
Farel      : (55) Ah, Rachel ini kuliah di arsitektur.
Rachel   : (56) Lagi ujian akhir semester, jadi skripsi numpuk.
Luna      : (57) Ya, sayang banget.
Rachel   : (58) Ehm, lain kali?
Luna      : (59) Ok.
Farel      : (60) Ya udah Hel, gue cabut ya?
Rachel   : (61) Eh Farel. Sori-sori.
Luna      : (62) Gak pa-pa. Senang kenal sama kamu.
Rachel   : (63) Sama-sama.
***
Di sebuah danau.
Luna      : (64) Aku selalu datang di tempat ini. Rasanya teduh, tenang sekali. Farel, lihat kura-kura itu. Kesendiriannya itu yang menginspirasikan aku buat tokoh peri yang amat kesepian. Tapi, mulai sekarang ia tidak akan sendirian lagi. Kasihkan kura-kuranya, Farel. Biar kura-kura itu punya temen, seperti aku yang nggak lagi sendirian. Semoga kebersamaan mereka abadi.
Farel      : (65) Ya, seperti kebersamaan kita. Perahunya bocor. Kamu bisa berenang kan? Kamu bisa berenang kan? Kau kenapa?
Luna      : (66) Nggak papa.
Farel      : (67) Luna, bilang sama aku. Apa yang harus aku lakukan?
Luna      : (68) Aku kedinginan. Dingin, dingin sekali.
***
Di sebuah halaman rumah Rachel
Rachel   : (69) Ah, Farel.
Farel      : (70) Masuk-masuk. Kuping loe kenapa Hel? Sini lihat, coba lihat, lihat!
Rachel   : (71) Farel, apa-apain sih Farel.
Farel      : (72) Liat, loe pakai anting, Hel?
Rachel   : (73) Pantes nggak?
Farel      : (74) Liat, liat. Pantes. Ya, sedikit lebih manis, Hel.
Rachel   : (75) Thanks.
Farel      : (76) Kayaknya hari ini gue nggak bisa main basket deh. Gue ada janji sama Luna.  Ah, tapi gue anter sampai lapangan basket ya?
Rachel   : (77) Nggak papa, kok. Gue juga mau ngasih tau, sebenarnya hari ini gue nggak bisa main basket. Karena gue ada janji ama cowok.
Farel      : (78) Cowok?
Rachel   : (79) Ya, baru kenal sih. Cuma dari sekilas, kayaknya dia memenuhi cowok gambaran ideal gue.
Farel      : (80) Siapa?
Rachel   : (81) Ntar juga tau. Gue hampir telat nih, ayo keluar. Udah cepet, kenapa sih?
Farel      : (82) Rachel, Rachel, Rachel! Gue cuma mau bilang, gue bahagia kalau loe udah nemuin cowok idaman loe. Ya, seenggak-enggaknya loe bisa ngerasain apa yang gue rasain.
Rachel   : (83) Farel percaya deh, walaupun gue sekarang punya cowok tapi persahabatan kita nggak kenapa-kenapa kok.
***
Di sebuah gunung.
Farel      : (84) Stop. Aku hitung sampai tiga, baru buka mata ya?
Luna      : (85) Oke.
Farel      : (86) Satu, dua, tiga.
Luna      : (87) Kamu tau nggak apa. Kamu selalu penuh dengan kejutan.
Farel      : (88) Oh ya, suapin strowberinya ya?
Luna      : (89) Hmm, enak. Gantian dong.
Farel      : (90) Hujan, seharusnya panas. Kenapa hujan?
***
Di kamar Rachel
Farel      : (91) Gue nggak ngerti deh. Gue yakin dia mau lakuinnya. Tapi yang bikin gue nggak ngerti itu kenapa tiba-tiba dia ragu.
Rachel   : (92) Ya bener tu sikapnya Luna. Emang cinta itu harus diungkapin dengan ciuman? Cinta itu kebersamaan, saling berbagi, saling ngedukung, saling ngisi. Cinta itu seneng, lihat orang yang dicintainya bahagia.
Farel      : (93) Jadi, itu yang elo dapetin dari cowok baru loe?
Rachel   : (94) Ya, ia sangat ngerti artinya cinta.
Farel      : (95) Hei, kenapa loe nangis?
Rachel   : (96) Karena baru kali ini gue ngerasain perasaan cinta. Selama kita berteman loe tau kan, gue nggak pernah nyadarin perasaan ini. Nggak pernah, Farel. Cinta itu harus diungkapin, Farel. Loe harus bilang sama orang yang loe cintai kalau loe cinta sama dia. Perempuan itu perlu kepastian, Farel.
Farel      : (97) Ya.
***

Berikut adalah implikatur yang ada dalam teks naskah di atas.
1.        Implikatur Percakapan
Farel    : (15) Oh, pantesan kemarin tu gue mimpi kejatuhan duren. Ternyata sekarang gue ketemu sama pengarang komik favorit gue. Oh ya, boleh minta tanda tangan? Komik loe tu bagus banget ya. Gue udah baca komik dari negara mana aja, komik loe tu yang paling lucu. Malah, Sincan aja yang kayak gitu, tu kalah lucu. Luna, ah boleh minta nomor telepon sama alamat rumah gak? Boleh ya, makasih.
Farel      : (17) Alamatnya rada susah. Boleh minta denahnya gak?
Pertanyaan yang bergaris bawah tersebut memiliki implikatur bahwa Farel ingin lebih mengenal Luna dengan menghubungi atau bertamu ke rumah Luna nanti.

Luna      : (51) Em, aku mau ngajak Farel jalan. Kalau gitu, kamu ikut ya?
Rachel   : (52) Eh, nggak ah. Ehm, sori-sori, nggak bisa. Ahm, gue banyak kerjaan.
Farel      : (53) Kenapa?
Rachel   : (54) Ee, gue banyak tugas.
Percakapan di atas mengandung implikatur, yakni pernyataan Rachel yang bergaris bawah di atas. Hal tersebut berarti bahwa Rachel tidak ingin mengganggu jalan-jalan Farel dan Luna.

2.        Implikatur Konvensional
Farel    : (27) Oh, dia itu pengarang komik. Ah, Rachel gue bilang juga apa. Kalau jodoh itu ya, gak bakalan lari kemana-mana. Ini cewek bener-bener idaman gue, Rachel. Dia itu cantik, feminis, punya selera humor yang tinggi, dan dia itu.
Percakapan di atas menunjukkan implikatur konvensional yang ditandai dengan pernyataan bergaris bawah, yakni perempuan yang cantik, feminim, dan memiliki selera humor yang tinggi adalah idaman pria. Namun, jika ada pria yang tidak menyukai perempuan seperti itu berarti implikaturnya dibatalkan.

Rachel   : (92) Ya bener tu sikapnya Luna. Emang cinta itu harus diungkapin dengan ciuman? Cinta itu kebersamaan, saling berbagi, saling ngedukung, saling ngisi. Cinta itu seneng, lihat orang yang dicintainya bahagia.
Percakapan di atas mengandung implikatur konvensional yang ditandai dengan kalimat bergaris bawah. Namun, jika ada orang yang menganggap hal itu salah, implikatur tersebut bisa dibatalkan.